Fenomena bahasa yg melangit ternyata tidak hanya terjadi dikalangan pemerintahan mahasiswa, pemerintahan negarapun juga terjadi. Ntah siapa ngikut siapa. Cara berpikir secara runut juga belum terjadi. Mana kepala mana ekor juga ga jelas. Metoda-metoda ilmiah, puluhan blackbox, ribuan studi, ntah apapun namanya ternyata ga pernah nyampe ke cara pikir para negarawan. Negarawan ternyata lebih menyukai dengan pola pikir pragmatis, bukan sistematis. Hal ini mengakibatkan segala bentuk diskusi sulit untuk dicapai kata sepakat karena masing2 punya pikiran sendiri-sendiri berdasarkan pengalaman praktisnya. Ntah apakah engineer2 di Indonesia memang malas melakukan metoda ilmiah atau memang tidak menguasai. Ini terbukti dengan berbagai macam aturan2 di Indonesia yang saling tumpang tindih dan sudah tidak relevan lagi. Sebenarnya fenomena ini juga terjadi di kemahasiswaan. Analisa-analisa yang diberikan kadang hanya caplok sana sini saja tanpa ada runutan yang jelas mana input mana output mana proses. Akhirnya hasilnya pun adalah hasil emosional belaka. Dan ternyata ini juga berlaku di tingkat negarawan.
- pengamat para negarawan -
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment