Sunday, August 26, 2007

babi buta ingin terbang

sempet lihat thrillernya di urban fest, tentang how to indonesian chinese, berikut ini sinopsisnya

Sebuah mosaic dari 8 karakter dan beberapa petasan, tentang bagaimana menjadi ‘keturunan cina’ di Indonesia.


Verawati salah satu keturunan cina generasi ke-3, yang lahir di Indonesia. Pada awal tahun 80-an, ia adalah pemain bulutangkis yang menjadi andalan Indonesia. Sangat kecewa pada bangsanya (Indonesia) yang selalu mempertanyakan identitasnya, apakah ia cina atau Indonesia, hanya karena penampilan fisiknya. Dalam sebuah penampilan babak final tingkat dunia, Verawati menghadapi lawan dari Cina. Seorang anak memperoloknya, ia memutuskan untuk menggantung raket dan selamanya menjadi ibu rumah tangga.


Halim suami Verawati, berharap dengan menjadi suami dari mantan pebulutangkis nasional, maka kehidupannya sebagai bangsa Indonesia bisa terjamin lebih tenang. Halim adalah seorang dokter gigi yang berharap keluarganya bisa pindah dan menetap di Amerika. Beberapa tahun sebelumnya, ia bereksperimen dengan matanya sendiri, agar bisa terlihat lebih lebar. Sejak saat itu, matanya selalu ditutupi kacamata hitam.


Linda adalah putrid dari pasangan Verawati dan Halim. Ia tidak peduli dengan kebijakan ayahnya, atau ketidakpedulian ibunya. Ia hanya ingin mencari Cahyono, satu-satunya temannya yang mengerti tentang indahnya bermain petasan. Hubungan yang terjalin sejak kecil terputus, karena orang tua Cahyono, memindahkan Cahyono ke sekolah lain, takut anaknya tertular menjadi Cina.


Opa tua, keturunan cina dari generasi ke-2 yang sangat menikmati hidup. Kakek dari Linda yang mengajarkan bagaimana menghargai petasan. Dengan teman-temannya menunggu mati di meja billiard, dengan penuh canda dan enerji.


Cahyono, teman Linda sejak kecil yang selalu menegaskan bahwa dirinya bukan Cina bukan juga Manado, tapi Jepang. Seorang editor acara criminal di televisi. Menemukan Linda kembali sebagai teman, setelah ia melihat Linda dalam sebuah audisi acara reality show.


Helmi dan Yahya menjenjikan green card Amerika pada Halim. Mereka menolong keluarag Halim lolos dari amukan massa pada demonstrasi 1998. Helmi dan Yahya, pasangan mantan pejabat yang memperalat keluarga Halim demi kenikmatan pribadi mereka.


Salma, wanita keturunan Jawa yang sangat menarik secara fisik. Ia membuat Halim berpikir, jika ia mengawini Salma dan berpindah agama ke Islam, mungkin hidupnya akan menjadi lebih tenang. Salma mau dinikahi Halim, hanya karena ia berharap bisa dekat dengan Helmi dan Yahya, yang mungkin bisa mewujudkan cita-citanya sebagai penyanyi pop.


Babi buta, seekor babi yang ingin terbang.

http://www.youtube.com/watch?v=O1SByy9J1As

Coming soon 2008 ... masih lama

Saturday, August 25, 2007

urban festival, ancol, ags 2007

Urban Festival, kenapa sih urban selalu diidentikan dengan warna warni dan glamour, setelah menyusuri rimba jakarta akhirnya nyampe juga di pantai karnaval ancol, pas banget lagi mau opening, jadi dpt deh momennya. Tanpa banyak komentar, nih hasil jepretannya.





balon-balon mulai dari naga, mr crap, nemo,




panitia ga mau kalah





fashion show dari IKJ .. pispack pisan




drumband ...



ga mau kalah glomour dan narsis




modifnya edan edan an



jepang kalipun ... sayang anak sayang anak


nyangkut





dua orang gila jalan

Sunday, August 19, 2007

konser kemerdekaan

twilite emang keren pisan. Sayang suasana pertunjukkannya ga mendukung plus soundnya yang byar pet, padahalkan Titi Dj nya lagi nyanyiin lagi tanah air pusaka. Bagaimanapun juga nidji tetap paling dinanti, padahalkan konser kemerdekaan kok ada lagi nidji, ah ii paling permintaan sponsor. Jadi inget malam seribu lilin dengan lagu tanah air ku tidak kulupakan nan terkenang sepajang hidupku, plus kalo PSM nyanyiin lagu ini. Kayanya siapapun yg ada di luar indonesia kalo dah denger lagu ini pasti pengen balik. Buat seseorang yg mau pergi jauh, gw kasi mp3 lagu ini ntar biar lu balik ke Indonesia ini dan bangun bangsa lu.



Penonton kayanya lebih nunggu si nidji konser daripada dengerin lagu nasionalnya



Ini kayanya bintang yang paling ditunggu dibandingin yg lainnya



Twilite orchestra dan gabungan PSM se-jakarta



full of merah putih ... merdeka ..



merah putih lagi ..



Pesta kembang api ..

karya-karya pramudya

Ga sengaja gw nemuin foto2 waktu nonton nyai ontosoroh yg minus ontosorohnya dulu di STSI. Salah satu yang dipajang adalah cover buku-bukunya dia yg udah dicetak dalam bahasa inggris.




kakek pram ..



Sayang seri kedua gadis pantai ini ternyata udah menghilang. Pramudya tetap mengungsung tema realitas sosial dalam setiap karyanya. Kalo dulu tentang masalah patriaki dan monarki jawa, kalo sekarang mungkin yg pas adalah tema tentang kemiskinan..



Arok dedes



Rumah kaca, seri terakhir tetralogi



mince



 ternyata udah ada yg diterjemahkan dalam bahasa rusia

Saturday, August 11, 2007

Mulut orang kota

Apakah yang bisa dipegang dari seorang manusia selain dari kata-kata. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Kata adalah senjata. Semakin lama manusia semakin lupa akan kata-katanya. Kata-kata akan semakin tergerus sesuai dengan fungsi waktu. Fenomena ini ternyata terjadi pada orang2 di kota besar. Kondisi kota besar / metro dengan tingkat tekanan hidup yang semakin tinggi membuat manusia semakin lama semakin memikirkan kepentingan akan dirinya sendiri. Kesamaan kepentingan pada masa itu juga akan menjadi konsen utama. Kepentingan diluar itu yang mungkin mempengaruhi jangka panjang akan menjadi konsen kesekian. Kata-kata hanya akan menjadi pemanis dan pemulut besar tentu saja itu semua hanya intrik untuk mendapatkan kepentingan diri sendiri tersebut. Makanya ada yang bilang, hati-hati dengan mulut orang kota besar, hari ini ia menyangjungmu, besok dia akan menerkammu. Wajar saja sih, karena mereka berbuat itu untuk memenuhi kepentingan diri mereka pada saat tersebut dan karena mereka memang tidak memiliki pilihan lainnya. Memanfaatkan atau dimanfaatkan. Sudah tidak ada lagi memberi tanpa ada maksud, menerima tanpa ada kehendak. Mencari konsistensi kata-kata pada orang2 kota besar harus dilakukan secara kontinyu dan berulang-ulang karena ternyata tekanan hidup di kota membuat daya ingat mereka lemah karena sebagian besar otak mereka digunakan untuk memikirkan noise-noise disekitar mereka yang sangat besar. Ketika itu tidak lakukan maka mereka memiliki kesempatan untuk mengubah kata-kata tersebut dengan yang tentu saja menguntungkan bagi mereka dengan alasan-alasan perbedaan waktu tempat dan suasana hati . Mungkin itulah penyebabnya kenapa orang-orang desa marah ketika orang kota berulah, mengapa orang-orang desa memberontak, karena orang kota tidak bisa dipegang kata-katanya, karena orang kota mudah untuk mengubah kata-kata, dan sebenarnya salah orang desa terlalu percaya dengan mulut orang kota. Hati-hatilah pada orang-orang kota, tidak ada yang bisa menjamin, tidak ada yang bisa dipercaya kecuali dirimu dan apa yang kamu percaya, dan berhenti terlalu percaya pada kata-kata, karena kata-kata adalah senjata, yang suatu saat mampu melindungimu sekaligus mampu membunuhmu.

Manusiakah orang kota, ketika dia tidak bisa memanusiakan orang lain. Hewan saja yang bukan manusia tetap konsisten kalo ini adalah makanannya dan dia adalah makanan hewan lainnya. Kota emang penuh dengan topeng, bahkan tidak bisa membedakan saat ini apa topeng yang dipakainya. Cinta hanyalah soal kesamaan kepentingan. Benci dan senang adalah usaha untuk mencari keuntungan diri sendiri. Tapi jangan benci pada mereka, karena kita semua suatu saat akan menjadi bagian dari mereka. Sebelum itu semua terjadi, belajarlah cara memanusiakan manusia sebelum kesempatan itu tidak ada lagi.

Friday, August 10, 2007

Negarawan pun tidak sistematis

Fenomena bahasa yg melangit ternyata tidak hanya terjadi dikalangan pemerintahan mahasiswa, pemerintahan negarapun juga terjadi. Ntah siapa ngikut siapa. Cara berpikir secara runut juga belum terjadi. Mana kepala mana ekor juga ga jelas. Metoda-metoda ilmiah, puluhan blackbox, ribuan studi, ntah apapun namanya ternyata ga pernah nyampe ke cara pikir para negarawan. Negarawan ternyata lebih menyukai dengan pola pikir pragmatis, bukan sistematis. Hal ini mengakibatkan segala bentuk diskusi sulit untuk dicapai kata sepakat karena masing2 punya pikiran sendiri-sendiri berdasarkan pengalaman praktisnya. Ntah apakah engineer2 di Indonesia memang malas melakukan metoda ilmiah atau memang tidak menguasai. Ini terbukti dengan berbagai macam aturan2 di Indonesia yang saling tumpang tindih dan sudah tidak relevan lagi. Sebenarnya fenomena ini juga terjadi di kemahasiswaan. Analisa-analisa yang diberikan kadang hanya caplok sana sini saja tanpa ada runutan yang jelas mana input mana output mana proses. Akhirnya hasilnya pun adalah hasil emosional belaka. Dan ternyata ini juga berlaku di tingkat negarawan.

- pengamat para negarawan -

Thursday, August 9, 2007

Apapun jabatan dan asalnya, tetap ITB S1-nya

Hari ini gw ikutan meeting di menara penisula di S Parman. Yang datang dari akademisi UI, UGM, ITB, BRTI, APJII, Telkom, Indosat, XL, ... nentuin ICT roadmap. Waktu break terdengar percakapan, " eh lu angkatan berapa, jurusan ini kan dulu, si itu anak 7* dah jadi ini itu, berati lu seangkatan ama di anu, lu dulu dirumah C kan bareng si anu " bla bla bla. Ternyata dimana bumi dipijak isinya anak-anak ITB semua. Meski tuh akademisi dari UI ato UGM tetap aja S1 nya dulu dari ITB. Let see .. mulai dari angkatan 67, 71, 78, 81 .. semuanya ada. Begitu ketemu, ya udah cerita romantika di kampus jaman dulu, mulai dari penggerebekan 78 sampai kelakuan anak ITB yg lebih cinta dan nguasai ilmu yg bukan ilmunya sendiri. Bayangin ada anak 70 an mesin tapi jiwa seninya tinggi banget. Karena dia jago nabuh gamelan, jadinya TA di mesin nya adalah gimana cara nyetem gamelan. Terus malah ngajar di STSI dan sekarang ambil doktor filsafat. Banyak anak itb yg jago bidang lain kecuali bidangnya sendiri, let see, sujiwo tejo dari sipil jadi seniman, rizal ramli ga lulus fisika jadi doktor ekonom, bahkan sri mulyani yg kakak2nya ITb semua kecuali dia pun bilang kalo indonesia ancur gara2 anak ITB, masak anak teknik sok ngerti keuangan :)).

Tapi gimana ya 30 tahun lagi, masih samakah, secara sekarang ini lebih banyak masuk ke MNC, konsultan dan bank, pada ga mau banting tulang dari bawah buat masuk ke level pengambil kebijakan. OS nya aja udah beda.

ITB ITB ITB .. tinggal cerita kenangan masa lalu. Beruntung pernah dibesarkan dimasa-masa lalu

Wednesday, August 8, 2007

6 keanehan saya

melanjutkan apa yg dibilang echi, 6 keanehan .. 6 kelebihan aja deh saya.
1. Tukang diskusi apa aja
Mau diskusi kanan kiri, depan belakang, atas bawah, bolehlah, bahkan ampe pagipun dilayani. Hidup bakal jadi gundah dan gelisah kalo ga diskusi barang sehari aja. (kalo kata diva, lah terus ntar kalo lu dah nikah kasian istri lu dong tiap malam diajakin diskusi mulu, kapan bikin anaknya, sialan lu, emang ga bisa ya bikin sambil diskusi :P )
2. Tukang jalan kemana aja
Paling ga betah dirumah, paling ga betah untuk diam, pengennya tiap hari minimal harus di tempat2 yang berbeda, mau dari 0 dpl ampe 3000 dpl, mau dari ujung ampe tengah bolehlah. Ampe saking tukang jalannya jadi suka nekad dan tiba2 cabut tanpa perencanaan kemanapun juga hati membawa. Contoh paling ekstrim yaitu ke malaoboh aceh.
3. Tukang nonton apapun
Mata jadi sepet kalo ga bisa liat visual barang seharipun, mau film klasik sampe film ga jelas bolehlah. Mau teater ampe beneranpun oke. Jadi kangen bandung yang full hiburan murah.
4. Pecinta B***
makanan paling enak didunia, beruntunglah mereka yang dapat menikmatinya
5. Pria Cantik
Ini tak terbantahkan, bahkan cewe2 pun ga pede jalan bareng gw karena takut kalah cantik. ini sebenarnya keuntungan ato kutukan ... pantesan .. :((
6. Pikiran
kalo ini jelas, sama seperti orang2 aneh lainnya, bolehkan punya pendapata beda :D

Thursday, August 2, 2007

lossing my social life

Hari pertama, jam pertama, seperti biasa dikenal-kenalin, terus habis itu disuruh pelajarin program, lalu ga jelas, disuruh cari bahan sendiri .. semua orang sibuk sendiri-sendiri, dan gw bengong.

Hari kedua, buka mail, surfing, ga tahu mesti ngapain hari ini, pokoknya siang ntar ikut rapat. Chating haha hihi. Siang ikut rapat, ngatuk poll, kepala dah mau jatuh aja, ga ngerti ngomongin apa, bener2 ga efektif tuh rapat, kayanya cuman sekedar dengar pendapat aja, kalo gitu mendingan teleconference aja. Ikut rapat berikutnya, ga ngerti mereka ngomongin apaan, cuman jadi pendengar setia, terus pulang.

Sebenarnya guna ga sih gw kuliah 9 tahun. Soalnya bener2 sebenarnya kerjaan mereka itu yg bikin orang luar, dan kita2 cuman jadi EO doang kayanya. Harusnya orang2 luar yg ikut kata kita, .. gw jadi mikir, worthed ga sih. Kaya kajian dan diskusi internal harus digalakan, ga bisa semuanya apa kata orang luar, kalo ga mendingan cukup jadi EO aja, telponin dan urus makan minum tidur orang2 luar, tinggal terima jadi. Apakah kaya gitu kerjanya. Gw bingung, masa kaya gitu kerjanya, mestinya gini nih, didalam dimantapin dulu, kan banyak nih orang2 yg ahlinya, habis dapet draft dsbnya baru lempar buat cari pendapat tapi tetap pengetahuan tertinggi ditangan kita soalnya kitalah yg harusnya tahu segalanya, bukan mereka.

Harusnya ada pengajian lebih lanjut, pembelajaran sendiri lebih lanjut, biar ga dibodohin, biar ga dipermainkan ama para dominan itu, karena kita bawa amanat seluruh indonesia. Must do something nih but i dont know how ...

Disini sepi, pada sibuk dengan dirinya sendiri-sendiri. Jakarta yang rame .. jakarta yang tidak menyenangkan .. bad jakarta bad.