Saturday, December 9, 2006

Virginitas

Virginitas, ternyata kalo kita telaah lebih lanjut hampir dalam setiap segi kehidupan manusia virginitas tetap di junjung tinggi, orisinalitas, genuine. Sehingga kadang membuat orang menjadi buta. Kemarin gw dapet analogi menarik tentang ini. Pada suatu ketika terbitlah sebuah buku dari seorang pengarang yang sangat terkenal di masa-masa akhirnya karyanya. Buku ini hanya satu-satunya buku, dengan tulisan asli si pengarang dan konon kata orang-orang yang dekat dengan pengarang dan cerita dari si pengarang, buku ini sangatlah indah, sebuah karya master piece terbesar. Semua orang akhirnya berusaha mencari dan mendapatkan buku ini, hingga pada suatu ketika ada seorang yang beruntung mendapatkannya setelah mengalami proses pembelian yang alot dan persaingan yang hebat. Buku yang masih terbungkus rapi dalam shield plastik ini akhirnya dibuka. Orang itu mulai membuka halaman pertama, setelah itu langsung liat halaman terakhir, coba lagi liat halaman tengah, bolak-balik. Seorang keloganya menelpon dan bilang kalo ada buku yang lebih bagus dari pegarang terkenal lainnya akan dilelang. Cepat-cepatlah si orang ini mengepak barang bawaannya dan terbang menuju tempat itu. Tempat pelelangan ini begitu ramai. Ketika pelelangan berlangsung, ia begitu bersemangat dan karena ia cukup kaya, ia akhirnya menang juga. Tiba-tiba alarm kebakaran berbunyi. Semua orang panik berlari keluar. orang ini juga panik, cepat2 ia masukan buku yang baru ia beli tsb ke tas, sedangkan buku yang kemarin ia beli ternyata tidak muat di tas, akhirnya ia tinggalkan buku itu. Suasana kacau, ruangan jadi cheos, buku itu terinjak-injak, terpental kesana sini, kotor, basah kena air hidran, sedikit terbakar di covernya.
Tidak ada yang tahu tentang keberadaan buku tersebut hingga pada akhirnya ada seseorang yang memungutnya dan menjualnya di pasar buku bekas.

Suatu masa kemudian, ada seseorang yang lain pernah mendengar kehebatan buku itu, hingga pada suatu ketika ia tidak sengaja melihat buku itu di pasar buku bekas, kondisi covernya sudah hancur, kotor dan berjamur, ia tidak peduli, lalu akhirnya ia membelinya. Di rumah, ia mulai membersihkan cover buku itu, mulai menyampulkan dengan plastik, menambal beberapa halaman depan yang koyak. Satu persatu halaman ia buka hati-hati, mulai ia baca dari halam pertama, ketika tulisan yang sudah memburam ia akan mencari kaca pembesar dan mulai menelaah apa kira-kira yang ada pada tulisan yang memburam itu. Kadang ia harus membuka buku-buku, kamus-kamus, kitab-kitab yang lainnya ketika ia mulai menemukan satu halaman yang rusak. Satu persatu ia renungkan apa kata penuis, ia coba pikirkan dan renungkan apa yang dimaui penulis hingga sampai pada halaman terakhir si penulis memberikan kata penutup "Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, kasih itu tidak sombong, kasih itu tidak memegahkan diri, tiada yang lebih besar daripada sebuah kasih"

kadang kita suka melihat sesuatu dari penampilan, kadang kita tidak mau berpikir keras ada apa dibalik penampilan itu, virginitas disini bukan hanya dipandang sebagai suatu bagian tubuh manusia tapi juga ide, pemikiran, penampilan dll. Virgintas seperti halnya sebuah shield /pelindung, dimana dalam shield tsb, hal-hal yang orisinal masih tersimpan dengan baik. tapi pertanyaannya apakah ketika shield itu rusak maka apakah yang terlindung didalamnya juga akan rusak? Serusak apapun itu tetap ide dan pemikiran didalamnya tidak akan bisa tergantikan, inilah yang dinamakan dengan content. We can brake the shield, but we cant conguer the behind till we know and understand what is the behind. Decide to give the virginity is a choise, but to know what is the behind of virginity is a strugle, and now what is more important, the shield of virginity or something behind of virginity.

No comments: